sedikit jadi panjang
a conversation occurs between me and my best buddy today.
roolingstone: sa, menurutlu apa yang jadi tujuan hidup seorang lelaki?
gue: hmmm, ga tau ya. kalu gue cowo mungkin gue tau!
roolingstone: secara elu bakal punya suami cowo (someday.. tambahnya dengan ketawa ketiwi), nih gue kasih tau. ada tiga hal yang penting dalam kehidupan seorang lelaki: harta, wanita dan kuasa.
gue: makasih atas pemberitahuannya.
singkat, padat dan mungkin ga penting ya pembicaraannya. tapi obrolan singkat itu bikin gue berpikir kalu harta wanita dan kuasa itu 3 hal penting bagi seorang lelaki, apa sih yang penting bagi seorang wanita?
wanita? except you are mellissa ethridge or rosie o'donnel, kayanya ini bukan jawabannya ya!
kuasa? bisa jadi. untuk beberapa wanita yang menjadi sangat dominan dalam hubungannya dengan semua orang, kuasa menjadi salah satu hal yang sangat penting. misalnya buat temen gue yang bener-bener mendominasi hubungannya dengan sang pacar (huahaha, yes i mean you) atau bos cewe' gue yang kayaknya ngga mau kalau di argue sama anak buahnya atau rekan sekantor gue yang kalu ngomong selalu berasa dia lagi ngobrol sama anak buahnya (which we are all so not!) atau mantan temen gue (yang terpaksa gue jadiin mantan karena kelakuannya ini) yang ngga pernah mau kalah dan salah kalu ngobrol sama orang lain. in my personal opinion, perasaan mereka yang membuat orang lain harus seakan dibawah kendali mereka adalah suatu domino effect dari perasaan ketidakyakinan mereka terhadap diri sendiri. mungkin one day in their past, there was a time waktu mereka berasa so low and there's nothing they could do about it. so when they got the change they will reverse the situation just for their own ego.
harta? well kalu yang ini gue yakin jadi bagian hidup 100% wanita didunia. siapa sih yang ga butuh uang? yang membedakan cuma kadar kematrealistisan yang membuat sejauh mana si harta bisa mendorong si wanita untuk bertindak. i've seen a zillion things woman will do for money sampai gue ngga bisa punya opini pribadi tentang mana yang lebih ancur. gue misalnya, untuk orang2 disekitar gue sih gue ngga peduli mereka punya harta atau ngga selama ngga ngerugiin gue sih gue bakal temenan sama mereka. tapi gue memilih untuk ngga pacaran ajah dari pada punya pasangan yang ngga bisa mencukupi kehidupan gue, toch gue cukup secara materi dan bisa cari kebutuhan materi gue sendiri kan? gue pernah kagum sama sahabat gue yang ngga pernah menjadikan harta sebagai pertimbangan dalam menjalani hubungannya sama orang lain termasuk dalam memilih pacar. milih orang yang sesuai aja udah susah tanpa mempertimbangkan harta duniawi katanya. bener juga seeeh. tapi toch tetep aja jadi masalah ketika uang yang dia hasilkan dengan susah payah seakan dengan bebas menjadi milik berdua atas nama 'pacaran'?
seseorang yang gue kenal punya pacar yang berasal dari keluarga sederhana. dia pun begitu. tapi sebagai wanita yang notabene cantik, wajar donk kalau dia memiliki kebutuhan akan barang-barang bagus? what she's doing in the name of need yang sedikit menggangguku. she's keeping her boyfriend, perhaps in the name of love, and have an affair with richer guy(s) who can fulfill her needs. man that's bad, right? or has it become so casual for i have seen not only that girl does it but also several others.
nah jenis orang berikutnya ini yang membuat gue ngga bisa mutusin which one is worse. tidak seperti wanita yang mempunyai pacar dalam nama cinta dan memiliki affair dengan pria kaya dalam nama 'kebutuhan', wanita-wanita ini memang tidak memiliki affair dengan pria lain yang lebih kaya. but they marry them. they marry someone who in the eyes of a normal person is way below their league. wanita-wanita ini sebenarnya bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dengan wajah yang lebih indah, dengan hati yang jauuuuuuh lebih baik, dengan cinta yang lebih besar, dengan jaminan kebahagiaan yang lebih besar dan banyak hal lain yang lebih..lebih..lebih.. kecuali lebih kaya! tapi mereka lebih memilih lelaki yang bisa memberikan harta. ataukah harta hanyalah sesuatu yang mereka terima dalam nama cinta yang mereka dapatkan karena kebahagiaan akan materi yang dibutuhkan?
bull. call me cynical atau mungkin ini benar jika saja rumah tangga mereka pada akhirnya tidak mengalami kebimbangan. tapi kalau mereka sampai menutup mata pada hal-hal yang harusnya menjadi pertimbangan besar sebelum menikah, well you cannot call this marriage in the name of happiness provided by money that will fullfill your every needs. you simply call this money-driven marriage, right?
yang jelas kita ber-4 memang menjadikan harta sebagai bagian penting dari mereka. penting sampai ngga memilih untuk punya pasangan, penting sampai merelakan hasil kerja kerasnya dirampas, penting sampai menjalin affair atas nama cinta dan penting sampai menikah dalam nama 'materi'.
so, what else is matter?
<< Home