Thursday, April 21, 2005

one by one = often

life has a funny way of treating people. in one's life others come and go, unstopable by any power. first, they were someone or something strange for you. getting to know them, they become something meaningful. why not? look at their being everyday, share thoughts and fights, share jokes and insultment.. even when it's not all real, the javaness says 'witing tresno jalaran soko kulino' falling in love just because you see them everyday. then its time to say goodbye.
not just friends, it happended also for families. mom, dad, husband, wife, children, sibling, cousins, etc. in times, we'll get used to it. hey, when they have to go they have to go, right? however, when the number increased, instead of losing one you lose a couple at the same time, it is still something shocking, hehehe.
or, if you havent look around for sometime, eventhough they were gone one by one, it is still a shocking experience if once you look around all are gone. when living become a routine, often we never have the time to do the looking. this is where we fall.
disapointing them one by one, hurting them one by one, rejecting them one by one, forgetting them one by one, while thingking we still have others. but this 'one by one' thing is cumulative. one by one soon become all. hence when we look back, booooom... all are gone.
different than human, we can also loose assignments. well, not exactly loose but ignoring, maybe. you ignore them, one by one. once or twice you might survive. but when it become often, by the time you look back, it's all unfinished. like the boss said: repetition make reputations.
oh my long-forgotten task, have you become all? and my long lost friends, have you become all?

Monday, April 18, 2005

awkwardly strange

theoritically almost everybody know that there are stages in human life. birth, childhood, adultry, marriage and death. ga perlu susah-susah baca buku abraham maslow atau sigmund freud untuk tahu hal ini (eh, ga nyambung ya? hehehe)
kelahiran, pernikahan dan kematian mungkin yang paling menonjol, karena hanya berlangsung dalam hitungan detik namun bekasnya terasa sepanjang hidup. meskipun sudah sering mendengar atau melihat langsung ketiganya, namun rasanya belum jelas jika hal itu belum terjadi langsung pada diri sendiri atau orang terdekat kita.
kedua sahabatmu baru saja dikaruniai seorang bayi buah cinta mereka. senyum bahagia sesaat, tengok sambil bawa kado dan tugasmu selesai. teman sekantormu menikah. kunjungi, bawa angpau, beri selamat, dan tugasmu selesai. orang tua saudaramu meninggal. melayat, ucapkan turut berduka cita (mungkin sedikit air mata) dan tugasmu selesai. setelah itu hidup berjalan seperti biasa.
tetapi ketika ketiganya terjadi pada diri sendiri atau keluargamu, semuanya menjadi berbeda. waktu seakan berhenti sesaat untuk merekam setiap detik dari kejadian itu. tawanya, tangisnya, bahagianya dan sepinya. aku masih ingat tawa bahagiaku ketika 20 tahun lalu adik lelakiku lahir ke dunia ini; atau tangis penuh dukaku tiga tahun lalu ketika ayahanda tercinta pergi selamanya.
dan yang baru berlalu: tangis haruku dan kesepianku ketika 3 hari lalu kakakku menikah.
these feelings are really new. it's odd. it's something i've heard a zillion times but the first i've ever felt. hmmmmm.. awkward.. have u felt it before?

Wednesday, April 06, 2005

who is me

saya tidak tahu, akhir-akhir ini saya sedang menjadi siapa. ditengah tekanan dan kebosanan menjadi ms. nice lady mungkin sedang berusaha menjadi diri saya sendiri yang sebenarnya tapi yang jelas saya kurang menyukai karakter baru yang sedang muncul dari diri saya.
saya yang baru bukan hanya apatis dan narsis seperti saya yang lama, tapi mulai menggabungkan apatisme itu dengan narsisme. saya yang baru terlalu mencintai diri sendiri dan menganggap sekitar saya sebagai sesuatu yang tidak memiliki kemampuan. saya yang baru terlalu melindungi diri saya agar tidak terluka oleh ketidakmampuan yang ada di sekitar saya. lihat... benteng yang saya bangun kini semakin tinggi.
kini saya tidak hanya cemberut jika sesuatu berjalan tidak sekehendak saya. tapi saya marah untuk kemudian mengambil sikap tidak peduli. saya ikuti permainan mereka semata untuk menunjukkan bahwa mereka salah. bahwa sayalah yang terbaik. saya bukanlah dewi penolong yang selama ini dengan senyum manis selalu memberikan pertolongan dan jawaban yang diinginkan semua orang.saya ingat.
saya memang tidak menyukai karakter ini, tapi saya tidak sepenuhnya menyalahkannya. coba kaji, mengapa ia menjadi seperti itu. mungkin, karena kamu yang melukainya? mungkin karena kamu telah melakukan sesuatu yang menyakiti hatinya sebagai balasan kebaikan yang selama ini ia lakukan. kamupun tidak salah, karena (mungkin) kamu tidak tahu.
dulu saya pernah seperti ini. kemudian semuanya berhenti karena saya menyadari bahwa mereka tidak menjauhi saya. bahwa saya hanya melukai orang-orang yang mencintai saya. saya tidak butuh narsisme yang berlebihan. karena mereka mencintai saya, apa adanya. dan mereka tidak takut atas perubahan saya. mereka malah merangkul saya lebih dalam lagi untuk diberi cinta.
sekarang saya berkutat dengan orang-orang yang berbeda. akankah saya kehilangan mereka karena menjadi seorang saya yang marah dan terluka? atau mungkin akankah saya yang akan meninggalkan mereka karena tidak tahan dengan luka yang berat ini?
entahlah. pasti salah satu dari kita harus terbang. karena beban ini sudah mulai tak tertahankan.

Friday, April 01, 2005

heavenly corner is me

in a world where everybody is troubled with their assignment, i have my heavenly corner.
in a world where people are busy gossiping their friends and enemy, i have my heavenly corner.
in a world where ethics, kindness and loving is gone, i have my heavenly corner.
in a world where everything is about competition to be at the top, i have my heavenly corner.
in a world where they are building a strategy to fight and survive, i have my heavenly corner.
in a world of ignorance and numbs, this is my heavenly corner.
just me, my thoughts and a wireless connection called internet